[Wisata]
Kalau kalian berada di Bandung terus jalan-jalan ke daerah Dago Atas dan masuk ke jalan Bukit Pakar dilanjut ngeliat dua gambar diatas. Kita saranin langsung turun dan masuk! Kenapa? Karena kamu akan dapet banyak pencerahan, pengalaman, ide, jodohΒ disana. Dimana tempat nya? Museum Wot Batu!
Wot Batu adalah sebuah tempat yang berisikan karya-karya dan imajinasi seorang seniman yang sudah tidak asing lagi, Pak Sunaryo. Karya nya ini disalurkan dengan membuat galeri yang berisikan batu. Apa, batu? Yak, batu. Penasaran seperti apa? Silahkan dibaca sampai akhir teman-teman.
Fyi : Tulisan ini cukup panjang. Silahkan dilanjut bagi yang penasaran.
Selamat menikmati.
Untuk masuk ke Wot Batu dikenakan biaya 50.000 rupiah dan sebelum masuk kita dijelaskan untuk mengikuti peraturan yang sudah ada. Tidak diperbolehkan membawa makanan/minuman, tidak menggunakan kamera digital (hanya kamera handphone saja) dan alas kaki dilepas jika akan menginjak rumput. Setelah semuanya dimengerti, kita dipersilahkan masuk.
Wot Batu diartikan sebagai jembatan batu yang dimaksudkan sebagai jembatan spiritual manusia. Ketika pertama kali masuk, ada bagian batu yang bertumpuk diatas dan disusun tidak beraturan kemudian kita melewati lorong dengan tembok yang tinggi. Eits. Dibuat seperti itu karena diharapkan pengunjung menikmati area Wot Batu dan sejenak melupakan sesuatu yang ada diluar sana. Ada batasan yang cukup tinggi yang dibuat sehingga kita seolah-olah lupa dengan pikiran kita sebelum datang kesini. Kalian tau? Kita merasakannya.
Dunia Kehidupan
Kita memasuki area kehidupan. Ketika masuk ada batu tinggi yang diartikan sebagai huruf alif, ini adalah huruf hijaiyah pertama. Batu tinggi ini juga diartikan sebagai karakter laki-laki (maaf, jenis kelamin laki-laki) dan batu di sebelahnya diartikan sebagai karakter perempuan (jenis kelamin perempuan). Maka kedua batu ini memiliki sebutan batu abah dan ambu.
Semua batu disini dibuat berpasangan dan memiliki arti. Kamu kapan punya pasangan yang berarti? Oke lupakan.
Dilanjut kedepan nya ada dua batu yang bersebelahan. Namanya batu merenung. Batu ini dibuat dengan kenyamanan yang tinggi. Gak percaya? Silahkan coba. Pak Sunaryo begitu memperhatikan setiap detailnya dimana seorang manusia merenung harus merasakan kenyamanan yang luar biasa. Di batu ini, setiap lekukannya dibuat untuk itu. Bahkan sampai ke tempat peletakan tangan dan jari-jari ketika kita duduk. Satu kata : luar biasa!
Masih dalam area kehidupan. Ada area pedestral beton. Disana terdapat batu yang berbentuk seperti pohon. Teryata ini memang sebuah pohon yang sudah dilapisi tembaga. Tepatnya ini adalah pohon jambu milik Pak Sunaryo. Beliau sudah merawat pohon tersebut dari kecil hingga tumbuh besar. Ketika mulai berbuah, sayangnya Ibu dari Pak Sunaryo meninggal dunia. Sehingga tak sempat mencicipi dan kemudian batu ini dibuat sebagai karya kenangan mengenai Ibunya. Batu ini disebut batu indung.
Di sebelah kanan nya terdapat rerumputan serta batu-batu yang terlihat goresan, lekuk, garis, dan sebagainya. Sengaja dibuat seperti itu untuk menandakan bahwa tempat ini di buat saat zaman sudah modern, dimana teknologi dan mesin turut membantu dalam prosesnya.
Menyusuri area kehidupan. Sampailah pada lawang batu. Sebuah perbatasan antara dunia kelahiran dan dunia kematian. Di lawang batu ini pun terdapat finger print Pak Sunaryo yang di perbesar dan di simpan di sebuah batu.
Dunia Kematian
Saat memasuki area ini, terdapat sebuah batu tersembunyi yang dinamai batu api. Batu tersebut mengeluarkan api dan disimpan di sebuah lorong kecil. Batu api ini diartikan karena api sebagai aura keseimbangan dan menandakan keharmonisan dalam hidup.
Kemudian ada gambar dari tembaga yang menunjukkan bahwa lokasi Wot Batu yang berada di Bukit Pakar ini dikelilingi oleh 33 gunung. Perlu kalian ketahui, gambar gunung yang ada di situ tidak hanya dibuat sekedar membuat segitiga seolah-olah gunung. Tetapi, dibuat sesuai dengan siluet gunung tersebut saat dilihat dari jauh. Ditulis tahun 2015 juga sebagai tanda bahwa siluet yang dilihat adalah pada tahun 2015. Mungkin saja pada 10 atau 20 tahun kemudian akan mengalami perubahan.
Masih dalam dunia kematian ini, terdapat dinding surya medal. Batu-batu yang berwarna putih dan disusun secara rapi. Kenapa memilih batu warna putih? Karena putih dianggap sebagai warna paling ujung dari semua warna yang ada. Selain itu, baru diketahui Pak Sunaryo juga bahwa batu ini ada karena prosesnya dibantu oleh sinar matahari. Bukan sesuatu yang kebetulan, tetapi memang takdir mengarahkannya seperti itu. Sehingga selaras. Begitu kata Pak Sunaryo, yang diungkapkan oleh guide kita.
Disini ada area kolam yang cukup luas dan terdapat batu yang ditumpuk secara bebas tanpa ada alasan apapun saat ditempatkannya. Dari sini kita dapat melihat pemandangan yang bagus. Matahari, sudut kota Bandung, gedung-gedung tinggi, dan tentu langit cerah.
Perbedaan dari batu-batu di area kehidupan dan kematian ini terasa begitu kental saat kita dijelaskan oleh guide disini. Di area kehidupan banyak dijelaskan mengenai filosofi kelahiran, hubungan sosial dengan makhluk hidup, juga perkembangan zaman. Di area kematian dijelaskan mengenai urusan kita dengan Tuhannya. Maka dilambangkan dengan api, air, juga perihal mengenai semesta.
Selain tentang area kehidupan dan kematian, ternyata tempat ini pun dibagi menjadi kanan-kiri. Area kehidupan dan kematian ini dianggap bagian kiri. Bagian kanan kiri ini di analogikan seperti otak kanan dan otak kiri manusia. Sekarang kita memasuki area otak kanan di Wot Batu ini.
Disini terdapat area bawah tanah yang di dalamnya terdapat video berdurasi 5 menit. Ruangan ini gelap dan terdapat batu besar yang kemudian diberi pantulan gambar berupa video. Kalian tahu? Video tersebut dihasilkan dari karya lukisan Pak Sunaryo. Bahkan ada cipratan lukisan juga. Semua gambar tersebut dikumpulkannya, difoto kemudian di scan. Dijadikanlah sebuah video yang menjelaskan tentang terjadinya bumi melalui teori Big Bang.
Keluar dari area bawah tanah terdapat tiga batu yang disebut batu tilu. Ketiga batu nya dibawa dari gunung galunggung. Ada keunikan tersendiri dari tiga batu itu. Saat dalam perjalanan dan sebelum proses penyimpanan di sini, batu tersebut mengeluarkan suara jika dipukul menggunakan palu. Suara yang dihasilkan seperti suara gamelan.
Kemudian ada batu tumpuk. Terdiri dari 10 batu, diartikan sebagai batu gravitasi. Penyusunan nya dibuat dengan se-simetris mungkin agar satu batu dengan batu lainnya mampu menempel dengan baik. Bahkan batu yang berbentuk tipis sekalipun di masukan disini.
Selesai dari sana, kita melihat batu waktu. Menjelaskan mengenai sebab akibat akan kehidupan. Disana terlihat ada yang berputar cepat, ada juga yang berputar pelan. Hal itu diartikan sebagai ada manusia muda dan tua. Ada orang yang pergerakan cepat saat muda, kemudian mengakibatkan pergerakan nya bisa menjadi pelan saat tua nanti. Atau sebaliknya. Disini pun terdapat tulisan hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke. Artinya adalah ada sekarang maka ada nanti, tak ada sekarang maka tak ada nanti.
Di dekat situ, terdapat sebuah ruangan yang dijadikan tempat duduk dan menonton video mengenai pembuatan Wot Batu ini. Ruangan ini bukan sebuah kafe, tetapi biasa dijadikan sebagai tempat seminar, diskusi, atau tempat peristirahatan pengunjung Wot Batu. Disini kita pun mendapat sebuah minuman yang menyehatkan. Teh rosella yang dicampur dengan kapulaga dan batang serai. Minuman ini diracik sendiri oleh Pak Sunaryo yang bisa dinikmati oleh semua pengunjung.
Bagi yang muslim, disini terdapat mushala yang unik, nyaman, dan tentu saja bersih. Musola ini terdapat batu yang dibawa dari Italy, Citatah, Jonggol, dan juga Mekah. Di arah kiblat juga terdapat ukiran surat Al – Fatihah. Bagus sekali π

Oh iya. Wot Batu ini diresmikan tahun 2015 oleh Pak Anies Baswedan (menteri pendidikan dan kebudayaan). Kata guide disini, bacalah kata-kata Pak Anies yang begitu menyentuh. Ternyata, memang benar!
Selain itu. Pak Sunaryo begitu “sweet” dimata Fasya and Friends, karena beliau menuliskan banyak nama bagi siapa saja yang sudah membantu proses lahirnya Wot Batu. Bahkan, ditulis pula nama-nama tukang yang turut membantu. Katanya, tukang angkut dan aduk pasir pun ditulis namanya sebagai penghargaan dan apresiasi sudah membantu Pak Sunaryo dalam melahirkan Wot Batu. Manis kan? π
Rasanya berada disini seperti ditunjukan sesuatu yang luar biasa. Ada banyak ilmu baru, ide baru, dan ketenangan. Selain itu bagi muda-mudi-remaja macam kita, foto adalah hal wajib. Disini ada banyak spot foto yang bagus. Terserah disudut manapun, asalkan nemu, semua jadi keren hasilnya. Ini beberapa foto dari Fasya and Friends.


Sebenarnya masih ada banyak foto juga penjelasan yang diberikan oleh Mas Satria selaku guide kita. Tetapi semoga dengan tulisan yang cukup panjang ini mewakilkan lokasi ini. Jika teman-teman tertarik kesini, informasi lainnya ada dibawah ya π
Lokasi:
Museum Wot Batu (Beberapa meter sebelum Selasar Sunaryo. Next time ditulis mengenai Selasar Sunaryo)
Jl. Bukit Pakar Timur No.98, Cimenyan, Bandung, Jawa Barat 40198, Indonesia
Tiket masuk: 50.000 (weekday dan weekend)
Tips dari Fasya and Friends:
β Jika saat masuk tak ada guide, minta ke satpam untuk dicarikan guide. Kamu tidak akan paham jika masuk tanpa guide.
β Bawa handphone dengan kondisi batre yang full. Ada banyak spot untuk foto!
β Nikmati, pahami, rasakan setiap hal yang ada disini.
β Jangan buang sampah sembarangan.
Catatan: Tempat ini bisa saja mengalami perubahan (harga, tempat, dll). Mohon cek tanggal postingan untuk memastikan.
Terimakasih untuk Pak Sunaryo atas karya nya yang selalu menakjubkan. Terimakasih juga tempat barunya ini. Kita senang sudah berkunjung.
Terimakasih juga untuk Deri dan Malik yang turut bersenang-senang di Wot Batu. Jangan lupa share foto kalian di instagram dan tag ke akun kita. Kamu mau ikut bersenang-senang bareng? Yuk jadwalkan! π
Kontributor
Tulisan: Aulia Fasya
Instagram @fasyaulia
Foto:
1. Ardizza Dwittarinda
Blog ardizzadwittarinda.wordpress.com – Twitter @ardizza βΒ Instagram @ardizza
2. Anggietta Kustina
Instagram @anggietak
3. Aulia Fasya
Salam,
Fasya and Friends
Bagus, designnya modern. Itu, batunya dilem atau gimana? kl cuma ditumpuk bisa mawut kena gempa… π
Pake lem aibon Mas huahahahahaha
Mupeng sangat! Ini sama deh kayaknya pas kamu ke Selasar Sunaryo beberapa tahun silam. Sarat banget sama filosofi karyanya beliau. Saluut!
Eh iya Fasya and friends, thanks yaaa buat postnya.
Iya nih kayanya tempat punya Pak Naryo emang dipenuhi filosofi Mas. Menyenangkan tapinya hehehe
Aku kira ini tadi mau posting soal Batu – Malang, ternyata beda. Aku sendiri masih belum paham, WOT itu singkatan atau memang begitu adanya penyebutannya?
Beda Li bedaaa hehehe. Wot itu bukan singkatan. Diambil dari bahasa daerah gitu, sunda atau apa ya lupa. Artinya jembatan π
wah baru tahu nih soal Wot Batu. tempatnya cakep banget ya Fasya…
Cakep banget tetehhhh. Ayok kesini hehe
Weekend buka kan ya? *langsung ngerencanain ke sana*
Buka teh. Kita kemaren kesana pas weekend π
Makasi infonya Fasya π
Gilaaa ya mbak, dari batu kita bisa belajar banyak filosofi :’
Ini yang nulis mbak fasya kan? pantes ada curcolannya :p wkwkwk
kalau aku ke bandung, aku diculik kesitu ya? uwuwuwuwuwu~
Bukan, yang nulis tetangga nya Fasya, Kak Feb.
Ah apa? Ke Bandung. Laksanain dulu aja kalik hahaha
Nggak mungkin. Ini pasti mbak fasya. Ini pasti mbak fasya. Nggak ada yang lain selain dia ~~~ lalalalalala
SIAP LAKSANAKAN KOMANDAN :3
Hm… penuh filosofi, ya. Wajar kalau mahal dan nggak boleh bawa kamera digital atau DSLR. Begitu masuk tempat ini rasanya bakal dapet arti kehidupan. Halah. Apalagi gue baru tahu kalo huruf Alif itu dimaksudnya kayak titit (maaf maksudnya karakter atau kelamin laki-laki)
Btw, yang jilbab kaca mata lucu juga, Teh. :p
Dimaksud kan juga. Jadi ada banyak arti. Alif iya. Jenis kelamin laki2 iya. Kaya nandain sesuatu yang baru dan awal kehidupan gitu.
Lucuk ya? Dia sahabat aku. Nah sebelah aku yang pake baju merah, PACARNYA DIA. Hahaha.
Pas baca tulisan ini panjang, aku kira panjangnya biasa aja kak. Eh ternyata ini panjang banget!
Tapi aku berhasil baca sampai akhir kok hihihi.
Ternyata emang benar benar penuh filosofis banget ya ini tempatnya.
Mulai dari dunia kehidupan kematian hingga kanan kiri.
Ternyata ini tempat baru toh tahun 2015. Bisalah kalau ada waktu luang main kesini.
Dari jatinangor gak begitu jauh heuheu.
Nice Review, Kak :))
seru juga yach seni dan filosofi diungkapkan dengan tumpukan batu. cara kamu menjelaskannya berasa bangat seperti guide nya langsung bercerita ke aku. keren..
Mbak, infonya dong. Bukanya mulai dari pukul berapa, ya?
Sekitar jam 10.00 – 18.00
mba tulisannya bagus, dan fotonya bagus, dan rekomendasi pisan tempatnya.
Terimakasih yaa. Selamat jalan-jalan π
Gak sabar buat kesini semenjak Teh Armita Sunaryo upload bocoran foto-foto di Instagram. Terimakasih udah review tempat ini. Seenggaknya menghilangkan penasaran dulu karena sepertinya kudu bin wajib dateng sendiri ini mah euy.
Dateng sendiri banget nih? Biar disana ditemenin guide ya? Boleh juga ide nya hahaha
Maksud aku harus dateng beneran kesana Sya karena sebenernya dengan kamu mengulas disini aku udah cukup terpenuhi rasa penasarannya hihiiiii.
Keren euy, kesini ah
Silahkan π
Kereenn…subhanallah sekali..Sorry mau nanya, klo mau minta guide ada bayarannya atau ngasih tip aja ya? Hehe
Gak ada bayaran apa-apa untuk guide, itu free, memang fasilitas dari mereka.