“Kamu udah pernah ke KopiKitaku?” tanya saya ke Fasya.
“Belum.”
“Nanti siang ada meeting, mau ikut buat sekalian review?”
“Mauuuuk!”
Dimulai dari obrolan tersebut, akhirnya Fasya ikut saya meeting sekalian mereview salah satu cafe yang selalu ramai pengunjung ini. Karena tahu meeting dimulai sore, kami datang sejak siang supaya bisa menikmati bagaimana suasana di sana. Jadi, mari kita mulai review ini dari …
Halaman parkir
Begitu masuk, akan terlihat halaman parkir yang sangat luas. Bisa menampung puluhan motor dan beberapa mobil sekaligus. Buat saya ini adalah nilai plus, mengingat ada banyak juga tempat ngopi yang tempat parkirnya kecil atau bahkan harus parkir di pinggir jalan—yang tentu saja sangat mengganggu.
Saking luasnya halaman parkir di KopiKitaku, mereka bahkan menyediakan parkiran khusus sepeda yang kalau penuh sepertinya akan menambah nilai estetika tempat ngopi ini.
Kafe
Untuk kafenya sendiri, KopiKitaku terbagi dua; bagian dalam dan bagian luar. Bahkan untuk bagian luar dan dalam juga KopiKitaku ngasih cukup banyak pilihan.
Bagian dalam:
- Depan kasir; ruangannya tertutup, meja panjang, dilarang merokok
- Sebelah kiri kasir; semi outdoor, bisa merokok sambil meratapi nasib.
Bagian luar:
- Sebelah kanan kasir; cocok buat sendiri atau berdua, lebih sempit, terkesan eksklusif
- Dekat parkiran; atapnya pohon, kalau hujan langsung bubar, bebas merokok, cocok buat yang datangnya ramean.
Dengan pilihan yang cukup banyak itu, saya tentu saja akan pusing mau duduk di mana kalau datang pas baru buka—saking banyaknya pilihan tempat duduk. Pilihan yang banyak ini tidak hanya di tempat duduk, tetapi juga di menu. Menu makanan dan minumannya terbilang cukup banyak dan saya butuh waktu yang cukup lama untuk berpikir mau pesan apa. Dan, akhirnya menu-menu pilihan saya dan Fasya adalah:
Nasi Goreng Kampung
Harga: 18K
Rasa: Pedas/10
Di KopiKitaku, kalau tidak salah ada empat jenis nasi goreng yang tersedia di menunya. Tiga di antaranya—dilihat dari namanya, sepertinya pedas. Karena saya tidak begitu suka makanan pedas, jadilah saya memesan nasi goreng kampung sebagai pilihan paling aman.
Begitu datang, jreng jreng jreng … ternyata pedes juga.
Namun, di balik pedasnya saya masih tetap bisa merasakan dan bilang kalau nasi gorengnya enak dan porsinya juga cukup. Yang mungkin kurang adalah tidak adanya timun—sayur (eh, timun sayur apa buah sih?) yang buat saya wajib ada kalau makan nasi goreng. Saya tidak tau apakah nasi goreng kampung memang tidak pakai timun, tapi selama saya tinggal di kampung makan nasi goreng selalu pake timun. Muehehehe.
Mie Goreng Rica-Rica
Harga: 20K
Rasa: Sesuai nama/10
Ini adalah menu pesanan Fasya. Menurut dia, enak. Sesuai namanya, jadi rasanya pedes banget, porsinya pas, dan bumbunya menggunakan bumbu yang diracik sendiri. Aromanya juga jauh beda dengan makanan yang menggunakan bumbu instan. Saya sempat ditawari Fasya untuk mencoba makanannya, tapi baru baca nama di menunya saja saya sudah merinding, jadi saya hanya mencicipi minuman dia, yaitu …
Es Kopi Susu OC
Harga: 20K
Rasa: 7/10
Bagi yang tidak suka pahitnya kopi tapi tetap ingin mencoba sensasi minum kopi, pesan es kopi susu adalah pilihan yang paling aman. Ada beberapa pilihan es kopi susu yang bisa dipilih sesuai selera, seperti es kopi susu OC, es kopi susu pandan, atau es kopi susu rempah. Pilihan yang saya pesan adalah es kopi susu OC (Original Classic), yang memakai gula aren sebagai pemanisnya.
Tekstur es kopi susunya tidak terlalu creamy. Cukup enak bagi Fasya yang lambungnya suka bermasalah kalau minum kopi–es kopi di sini tidak memberi efek apa-apa pada lambungnya.
Caramel Latte
Harga: 25K
Rasa: 7/10
Di beberapa tempat, caramel latte terasa cukup manis seperti es kopi susu. Namun ternyata di sini, tidak terlalu manis walau ada caramelnya. Enak? Iya! Bagi yang gak terlalu suka es kopi susu yang dirasa terlalu manis, caramel latte bisa jadi pilihan. Waktu saya minum, saya mikir kok manis banget, oooh ternyata belum diaduk~ Begitu diaduk, rasa kopi dan caramelnya pun menyatu dan tentu saja seperti yang sudah dikatakan sebelumnya: Enak!
Nah foto-foto makanan dan minumannya ada di bawah sini~
Pelayanan dan Fasilitas
Bagi saya dan Fasya, KopiKitaku punya pelayanan yang cukup cepat. Bisa dilihat mulai dari pesan sampai makanan dan minuman tersaji di meja, durasinya tidak lama. Mungkin sekitar 15 menit untuk minuman, dan 20 menit untuk makanan.
Selain itu, pegawainya juga cukup cekatan. Saat ada pengunjung yang sudah selesai, pegawai langsung sigap membersihkan meja. Begitupun saat kami butuh tisu, mereka langsung memberikannya. Intinya, kami cukup suka dan puas dengan pelayanan dari para pramusaji di KopiKitaku. Terima kasih, btw.
Nah, sekarang kita masuk ke fasilitas. Melihat banyak colokan listrik di beberapa meja, dan ada spot-spot untuk duduk sendiri, tempat ini layak untuk jadi salah satu pilihan bekerja atau mengerjakan tugas. Pada hari kami berkunjung pun, ada beberapa orang yang melakukannya–berlama-lama di sana di depan laptop sambil minum kopi. Oh iya, di KopiKitaku ada wi-fi gratis, tapi sayang kami enggak sempat mencobanya. Jadi kurang tahu apakah wi-fi-nya cepat atau lambat.
Terakhir, sebelum menutup tulisan ini, satu hal penting yang wajib dibahas terutama dalam masa pandemi seperti sekarang ini adalah …
Protokol kesehatan
Sayang sekali, KopiKitaku yang punya parkiran luas, kopi enak, pegawai yang cekatan, dan pelayanan yang oke, ternyata justru terkesan kurang serius dalam menjalankan protokol kesehatan selama masa pandemi ini. So sorry to say this, but I have to.
Di KopiKitaku, selama beberapa jam di sana–siang sampai sore (hampir malam), pengunjung yang datang sangat ramai silih-berganti. Ada yang datang sendiri, berdua, dan berkelompok. Di depan sebelum masuk disediakan tempat cuci tangan dan handsanitizer, tetapi tidak ada pengecekan suhu tubuh dan orang-orang yang datang juga dari sepuluh mungkin hanya satu-dua yang mencuci tangan atau memakai handsanitizer. Padahal akan lebih baik kalau sebelum masuk ada yang mengecek suhu dan menyuruh pengunjung mencuci tangan atau menggunakan handsanitizer untuk memastikan kebersihan dan kesterilan tempatnya.
Selain itu, walau kursi dan meja sudah diberi tanda X, buat saya tempat ini sama sekali tidak memberi jarak antara satu orang dengan yang lainnya. Semua tetap berkerumun, tidak ada pembatas atau meja yang seharusnya tidak boleh digunakan oleh pengunjung. Penerapan pengunjung yang seharusnya maksimal 30% kayaknya diabaikan begitu saja. Kemarin waktu kami ke sana saat siang, tempat ini tidak terlalu penuh (seperti difoto) tapi makin sore, tempat ini semakin penuh bahkan benar-benar tidak berjarak. Seandainya bukan karena meeting, mungkin kami tidak akan ke sana hanya untuk nongkrong dan berkerumun~ walau kopinya enak, lebih baik take away aja kali ya~
Lokasi:
KopiKitaku
Jl. Pahlawan No.72, Kota Bandung
Jam buka:
Senin-Minggu: 07.00-20.00 WIB
Instagram: @kopikitaku
Catatan: Tempat ini bisa saja mengalami perubahan (harga, tempat, dll). Mohon cek tanggal postingan untuk memastikan.
Industri perkafean di kota deket desaku masih belum ramai kalau siang. Perputaran yang diandelin cuma pas malming, biasanya.
Di Bandung malah ramenya gak kenal waktu. Gak kayak lagi pandemi. Normal-normal aja, bedanya cuma semua orang yang ditemuin pake masker. Hehehe
Kak, kalo di sini tuh ada mushollanya gak ya? soalnya waktu saya kesini saya gak eksplor lebih jauh lagi, cuma sekitaran tempat duduk yang outdoor aja
Ada, kalau ke toilet nanti keliatan kok signage musalanya di sekitar situ.