Pertama kali diajakin ke Sai Ramen, saya langsung ogah setelah dari mobil melihat antrean yang mengular sampai ke trotoar. Buat saya hal semacam itu membuang waktu dan energi. Mungkin iya banyak yang penasaran sama ramen ini, mungkin iya tempatnya hits banget, mungkin iya rasanya enak banget. Namun saya tetap pada prinsip tidak mau kalau sampai harus antre panjang berjam-jam hanya untuk memesan makanan/minuman. Maka dari itu, ketika diajakin untuk kedua kalinya, saya pilih untuk datang pada saat tempatnya baru banget buka.
Nah, terjawab sudah misteri pada judul tulisan ini, kenapa bisa, kok enggak antre? Ya karena saya datang jam 11 teng pas mereka baru banget buka. Jadi buat teman-teman yang mau coba makan di Sai Ramen tapi terhalang dengan “gak mau ah antrenya panjang” silakan dicoba seperti ini. Atau kalau lagi apes karena pas baru buka juga udah antre, yauda pilihannya ada pada kalian, mau tetap antre atau ke sana lagi lain kali~
Parkiran, Pesan, dan Bayar
Sai Ramen enggak punya parkiran khusus, jadi kalau pake mobil ya parkir di pinggir jalan raya yang sudah disediakan. Sedangkan untuk motor, bisa di trotoar depan kedai. Kadang saya sebal dengan beberapa tempat makan di Bandung yang enggak menyediakan lahan parkir, setidaknya buat motor gitu ya supaya gak perlu merusak trotoar. Cuma yauda deh, gak bisa gimana-gimana juga hehehe.
Untuk urusan pemesanan dan pembayaran, cukup simple dan mudah dimengerti: Ada satu layar untuk klik pesanan; menu dan harga sudah tertera di layar; kemudian pilih pembayaran yang akan dibantu dengan pegawai yang stand by di sebelah layar. Kalau udah selesai, akan dikasih bukti pembayaran dan nomor antrean. Tinggal nunggu dipanggil deh!
Selagi nunggu dipanggil, ada baiknya langsung cari tempat duduk yang kosong, kalau misal penuh coba cari yang sekiranya udah mau selesai makannya. Konsep makan di sana open bar, mirip kaya lagi ramen di Jepang gitu. Untuk minumannya hanya ada ocha yang sudah disediakan di meja bar, begitu pun dengan beberapa bumbu lainnya.
Pelayanan dan Fasilitas
Jangan harap banyak minta dilayani ini dan itu, soalnya di Sai Ramen menerapkan self-service. Pesan sendiri, ambil makanan sendiri, ambil minuman juga sama, bahkan kalau udah selesai makan pun begitu–mangkok dan gelas dikembalikan ke meja semula saat pengambilan makanan.
Satu-satunya pegawai yang akan membantu hanya di bagian pembayaran saja, berdiri di dekat layar pemesanan untuk sesekali menjawab pertanyaan konsumen yang pertama kali datang ke sana. Pegawai lainnya sibuk di dalam bar alias dapur dengan masing-masing tugasnya. Akan tetapi, dengan self-service begini jadi lebih tertata gitu kalau menurut saya. Bahkan makanan yang disajikan pun cukup cepat. Saya cuma menunggu sekitar 10-15 menit aja.
Berhubung tempatnya kecil, maka fasilitasnya pun terbatas–apalagi untuk tempat duduk. Hanya tersedia mungkin untuk sekitar 10-12 orang, itu pun perlu berjarak dikarenakan sedang ada pandemi. Ada beberapa bangku di luar bar yang menyatu dengan kedai makanan lain, kalau kosong mungkin bisa dipakai, tapi kalau sedang ramai mungkin agak susah. Itulah kenapa kalau ke sini selalu antre panjang, soalnya tempatnya sendiri terbatas sementara konsumen yang datang selalu banyak.
Chicken Chasu Ramen OriginalΒ
Harga: 43.000
Rasa: Original Jepang katanya/10
Terbiasa dengan menu ramen yang ada rasa-rasa Indonesianya walau entah apa, nah ini ramen ada sedikit bedanya. Denger-denger sih katanya chefnya asli orang Jepang, jadi rasanya lebih original daripada ramen yang biasa ditemui di Indonesia.
Menu pertama ada Chicken Chasu Ramen Original, dalam satu mangkok ada mi yang berukuran tipis, potongan ayam yang sudah dibumbui, jagung, jamur, bawang daun, nori, dan telur setengah matang. Kuahnya sendiri lebih ke gurih, agak berminyak, dan tidak kental. Jangan tanya bahan dasarnya apa aja, ya saya jelas enggak tau. Oh iya kalau mau pedas, bisa minta tambahan cabe rawit yang udah diiris kecil-kecil. Menu ramen di sini tidak menyediakan level kepedasan, jadi alternatifnya adalah cabe rawit ini.
Kalau menurut sepupu kami yang memesan menu ini, katanya tekstur mi-nya terlalu matang. Namun hal ini bisa jadi karena dua hal, pertama karena mungkin emang benar mi-nya udah kematangan dari awal, kedua karena kelamaan di dalem mangkok alias banyak jeda untuk difoto dulu, terus ngobrol, dan lain sebagainya. Anyway, masih bisa dinikmati sih, soalnya tetap abis~
Chicken Chasu Ramen Curry
Harga: 45.000
Rasa: Cocok di lidah Fasya/10
Nah yang ini pesanan saya, bedanya sama menu di atas hanyalah persoalan kuahnya saja. Ini kuahnya curry, rasanya lebih gurih-manis dan tidak berminyak seperti yang original. Satu hal yang disayangkan hanyalah telur setengah matang yang tidak saya suka, jadinya dimakan sama Firman. Harusnya waktu memesan di layar bisa request atau tulis di notes ya, sayangnya ini self-service jadi pas nerima udah begini.
Apakah buat saya ramen ini enak? Iya. Untuk yang mau coba sensasi ramen original asli Jepang, ditambah sensasi makan di kedai yang open bar, mirip banget sama negara sana (kata orang-orang ya, aslinya mah gak tahu kan saya belum pernah ke sana). Namun, buat saya pribadi cukup untuk mencoba sekali ini atau sesekali aja semisal emang pengen banget gitu. Mungkin balik lagi ke selera masing-masing ya, jadi cocok-cocokan di lidah tiap orang. Ya buat saya sih, ramen ini enak, tapi yaudah aja gitu. Mengingat di Sai Ramen suka antre dan susah parkir juga, jadi, ya … nambah pikiran juga ya kalau mau ke sana lagi hahaha π
Gyoza
Harga: 29.900
Rasa: Hehehe/10
Gyoza-nya sendiri punya isian udang dan ayam. Satu porsi terdapat lima pcs, dan bumbu sausnya disimpan di ujung piring. Penyajiannya sendiri bukan gyoza yang dikukus atau digoreng kering, melainkan hanya digoreng sedikit di salah satu sisinya sampai berwarna kecoklatan. Kalau istilah dapurnya disebut pan fried, ceilah.
Untuk rasanya sendiri, gyozanya kurang gurih–entah kurang garam atau bumbu apa. Saya sendiri gak terlalu suka karena entah kenapa agak amis, sausnya juga terlalu asin. Soalnya saus/bumbu gyoza di satu tempat dengan tempat lain kan beda-beda, saya gak tahu standarnya seharusnya apa, tapi yang pasti untuk gyoza di Sai Ramen gak terlalu enak buat saya.
Chicken Katsu
Harga: 18.900
Rasa: Ganti mangkok deh/10
Walaupun chicken katsu ini menu umum dan di mana-mana ada, saya tetap beli sebagai makanan pendamping. Biasanya gitu sih, kalau ada menu tambahan chicken katsu emang selalu saya pesan. Gak tahu kenapa ya anggapannya macem gorengan gitu. Apakah ini darah daging orang Sunda? Gak paham lah ya. Soalnya Firman sebagai orang Makassar kalau dikasih gorengan gini, dianggapnya cemilan yang dimakan setelah makanan utama. Lah kalau saya sih barengan aja bisa kaleee~
Yaudah, curhatnya begitu. Gimana chicken katsunya? Dari segi rasa enak, digorengnya juga cukup kering dan matang, tapi gak kematangan. Pas digigit masih kedengeran cripsy-nya. Di beberapa sisi dagingnya ada yang kering, tapi sedikit aja dan gak ganggu secara keseluruhan. Bentuknya sendiri tidak disusun ke pinggir seperti chicken katsu yang biasa kita temuin, yang ini agak ditumpuk ke atas dan ditata di mangkok kecil. Nah ini yang bikin sebel, kenapa sih harus mangkok kecil seuprit begini? Semacam mangkok sambel gitu. Ini kalau di Masterchef penyajian gini gak boleh tuh pasti hahahahaha sorry. Ya pokoknya kayanya lebih enak dilihat kalau ditempatkan di mangkok/piring yang sedikit lebih lebar, biar kalau makan atau motong pun gak tumpah-tumpah. Gitu kan Chef Juna? (loh)
Kesimpulan
Dari segi makanan cukup enak, kecuali gyoza yang buat saya kurang pas aja di lidah. Pelayanan pun cepat, tidak perlu menunggu lama. Bagian yang menyebalkan hanya antreannya saja yang panjang dan parkiran yang kurang mumpuni. Saya cukup dimudahkan dengan cara pemesanan dan jumlah menu yang tidak terlalu banyak/beragam. Biasanya semakin banyak menu, semakin lama dalam proses pemesanan kan ya? π Intinya sih kalau mau coba makan ramen original Jepang dengan sensasi makan di open bar, Sai Ramen boleh banget dijadikan salah satu rekomendasi. Apalagi minumannya juga hanya tersedia ocha saja. Makin berasa di Jepang gak sih? Hahaha gak tahu~
Lokasi:
Sai Ramen
Jl. Trunojoyo No. 58, Citarum, Kec. Bandung Wetan
Kota Bandung, Jawa Barat 40115
Jam Buka:
Tiap Hari pukul 10:00-20.00 WIB (atau sampai sold out)
Kontak:
Instagram:Β @sai.ramen
Catatan: Tempat ini bisa saja mengalami perubahan (harga, tempat, dll). Mohon cek tanggal postingan untuk memastikan.
Leave a Reply